Minggu, 22 Januari 2012

PTK BERCERITA TK


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dunia anak yang sejatinya adalah dunia bermain, telah terampas oleh beban kehidupan yang terlalu rumit. Sehingga, anak tidak lagi menemukan gerak perkembangan yang normal. Anak telah dipaksa untuk berada di luar garis kemampuannya. Maka, dapat dibayangkan, kemampuan anak yang masih belia mesti menanggung derita dan beban hidup yang di luar kadarnya. Selain berbagai kasus yang menimpa dan menyeret anak dalam pertarungan kelas tinggi, terputusnya transformasi nilai-nilai sosial budaya kita juga sangat berperan dalam membentuk dunia anak yang gamang dan gelisah. Budaya dongeng sebelum tidur yang digerus parade sinetron, permainan anak yang digantikan oleh menu game, secara tidak langsung pula menggiring anak pada kegagapan untuk memahami dan mengenali dirinya sendiri dan lingkungannya.
Bercerita atau story telling ternyata dapat dijadikan sebagai media membentuk kepribadian dan moralitas anak usia dini. Sebab, dari kegiatan bercerita terdapat manfaat yang dapat dipetik oleh pendongeng (orangtua) beserta para pendengar (dalam hal ini adalah anak usia dini). Manfaat tersebut adalah, terjalinnya interaksi komunikasi harmonis antara oran gtua dengan anaknya di rumah, sehingga bisa menciptakan relasi yang akrab, terbuka, dan tanpa sekat.
Ketika hal itu terpelihara sampai sang` buah hati menginjak remaja, tentunya komunikasi yang harmonis antara orang tua dan anak akan menjadi modal penting dalam membentuk moral. Karena kebanyakan ketika mereka beranjak remaja atau dewasa, tidak mengingat ajaran-ajaran moral diakibatkan tidak adanya ruang komunikasi dialogis antara dirinya dengan orang tua sebagai “guru pertama” yang mestinya terus memberikan pengajaran moral. Jadi, titik terpenting dalam membentuk moral sang anak adalah lingkungan sekitar rumah, setelah itu lingkungan sekolah dan terakhir adalah lingkungan masyarakat sekitar.
Namun, ketika dilingkungan rumahnya sudah tidak nyaman, biasanya anak-anak akan memberontak di luar rumah (kalau tidak di sekolah, pasti di lingkungan masyarakat). Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal seperti itu sudah sewajibnya orang tua membina interaksi komunikasi yang baik dengan sang buah hati supaya di masa mendatang ketika mereka memiliki masalah akan meminta jalan keluar kepada oran g tuanya.
Upaya preventif agar tidak terjadi pemberontakan dari sang buah hati terhadap tatanan moral yang berlaku, adalah dengan membudayakan kembali dongeng sebelum tidur. Tentu saja, kisah yang didongengkan itu harus berisi panduan hidup yang berbasis pada filsafat hidup dan nilai moral yang visioner dan positif bagi perkembangan hidupnya di masa depan. William Pakpahan mengatakan bahwa pengetahuan moral bisa diajarkan di rumah, caranya dengan membahas buku-buku dongeng, kitab suci, dan menceritakan kisah yang konstruktif bersama anak.
Bercerita bagi anak usia dini sangatlah penting. Karena dengan bercerita anak bisa merekam dalam otaknya tentang kisah-kisah tertentu serta kejadian-kejadian yang telah terjadi, memberikan pesan moral serta bisa menguatkan kekuatan memori otak anak. Semakin dini anak diberi dongengan semakin cepat terbentuknya meningkat kemampuan otak dalam meningkatkan kejeniuasan anak.
Aktivitas bercerita atau story telling memang telah jadi budaya di negeri kita selama ratusan tahun lamanya. Ini dibuktikan dengan adanya legenda, misalnya di tatar Sunda, kita mengenal Sasakala Situ Bagendit, Sasakala Tangkuban Parahu, sakdang kuya jeung sakadang monyet dan masih banyak lagi. Bukti tersebut mengindikasikan bahwa telah sejak dahulu kala, nenek moyang kita melakukan kegiatan bercerita kepada anak-cucunya agar tertanam nilai moral sejak usia dini. Dan, biasanya dongeng yang lebih berpengaruh kepada anak-anak adalah kisah-kisah keteladanan yang berkaitan dengan dunia anak yang imajinatif.
Merrill Hermin dalam bukunya berjudul How to Plan a Program for Moral Education (1990) berpendapat bahwa mendongeng atau bercerita memungkinkan orang berbicara tanpa memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Sebab setiap pendengar memiliki kebebasan untuk setuju atau tidak setuju dan akan berusaha menempatkan posisinya di mana ia mau dalam cerita itu.
Selain itu, cerita atau dongeng bisa menjadi wahana untuk mengasah imajinasi dan alat pembuka bagi cakrawala pemahaman seorang anak. Ia akan belajar pada pengalaman-pengalaman sang tokoh dalam dongeng tersebut, setelah itu memilah mana yang dapat dijadikan panutan olehnya sehingga membentuknya menjadi moralitas yang dipegang sampai dewasa. Karena itulah, peran pendongeng atau oran g tua dalam menjelaskan atau merangkum seluruh kisah dalam cerita kepada anak-anak mesti menjadi seorang penjelas yang pasih. Alhasil, seorang anak akan mengerti intisari dari cerita yang didongengkan tersebut.
Maka, agar tidak terjadi penanaman bibit moral yang paradoksal, orang tua selayaknya memberikan penafsiran secara rasional, konstruktif, dan tidak terjebak pada pengisahan yang klenik. Selain itu, sebaiknya kegiatan bercerita juga dilakukan sebelum seorang anak hendak tidur, supaya sang anak bisa lebih menyerap materi cerita yang berisi keteladanan sang tokoh dalam cerita itu.
Misalnya, ketika kita menceritakan sasakala Situ Bagendit, menyelipkan ajaran moral bahwa memberi kepada yang membutuhkan atau fakir miskin itu merupakan keniscayaan. Tujuannya agar seorang anak dapat membentuk kepribadiannya secara positif dan menentang kekikiran (kaceuditan) Nyi Endit sehingga menyebabkan ia dan kekayaannya ditenggelamkan oleh air.
Pertanyaannya, sudahkah malam ini atau malam tadi kita membacakan dongeng yang berisi keteladanan kepada sang buah hati? Semoga saja kita memiliki dongeng sebelum tidur yang bermutu dan bisa membentuk moral anak kita.
Dunia anak yang sejatinya adalah dunia bermain, telah terampas oleh beban kehidupan yang terlalu rumit. Sehingga, anak tidak lagi menemukan gerak perkembangan yang normal. Anak telah dipaksa untuk berada di luar garis kemampuannya. Maka, dapat dibayangkan, kemampuan anak yang masih belia mesti menanggung derita dan beban hidup yang di luar kadarnya. Selain berbagai kasus yang menimpa dan menyeret anak dalam pertarungan kelas tinggi, terputusnya transformasi nilai-nilai sosial budaya kita juga sangat berperan dalam membentuk dunia anak yang gamang dan gelisah. Budaya dongeng sebelum tidur yang digerus parade sinetron, permainan anak yang digantikan oleh menu game, secara tidak langsung pula menggiring anak pada kegagapan untuk memahami dan mengenali dirinya sendiri dan lingkungannya. Lebih jauh, di kalangan masyarakat kita, masih belum begitu peka terhadap kondisi dunia anak. Dunia pendidikan yang diharapkan menjadi wahana penetralisir bagi kesuntukan anak, tidak jarang hadir menjelma penjara. Bahkan tidak jarang pula, anak menjadi modal dunia pendidikan kita untuk mengeruk keuntungan.
Lebih jauh, di kalangan masyarakat kita, masih belum begitu peka terhadap kondisi dunia anak. Dunia pendidikan yang diharapkan menjadi wahana penetralisir bagi kesuntukan anak, tidak jarang hadir menjelma penjara.
Anak bermasalah usia TK 4-6 tahun yang memiliki perilaku non normatif (perilaku) dilihat dari tingkat perkembangannya, atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri baik pada waktu belajar (konsentrasi) maupun dalam aktivitas bermain di sekolah atau di rumah
Untuk mengetahui apakah anak bermasalah atau tidak, pendidik (orang tua, guru, orang dewasa disekitar anak) perlu memahami tahapan perkembangan anak dalam segala aspek. Pemahaman tersebut dapat membantu menganalisis dan mengelompokkan anak pada kategori bermasalah atau tidak.
Perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan motorik terbagi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot besar, seperti ; berjalan, melompat, berlari, melempar dan menaiki. Motorik halus berkaitan dengan gerakan yang menggunakan otot halus, seperti ; menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain sebagainya.
TK merupakan pendidikan pra-sekolah. Dengan demikian bukan jenjang yang tepat untuk belajar membaca, menulis dan berhitung. Apabila dipaksakan, maka telah terjadi pemaksaan atas beban belajar di luar batas kemampuan rata-rata anak berdasar usianya. Jika hal ini yang terjadi maka sesungguhnya rusaknya pendidikan anak-anak bukan disebabkan oleh pihak lain, melainkan oleh guru sendiri.
Dalam teori pendidikan klasik, mendidik anak-anak pra-sekolah dan kelas-kelas rendah belum untuk memberi pengetahuan intelektual. Pendidikan lebih ditekankan pada usaha menyempurnakan rasa. Oleh karena itu yang harus dikembangkan adalah kecerdasan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan pengendalian emosinya. Dengan demikian maka pendidikan pra-sekolah sesungguhnya ditekankan tentang bagaimana menumbuhkan perasaan senang berimajinasi, menggunggah dan menggali hal-hal kecil di sekitarnya. Jika anak sudah senang terhadap hal-hal tersebut maka dengan sendirinya minat dan potensi akademiknya akan tumbuh tepat pada waktunya, ialah ketika tantangan dan tuntutan hidupnya semakin besar. Seharusnya pelajaran panca indera dan permainanlah yang menjadi muatan utama pendidikan pra-sekolah. Sebab pelajaran panca indera dan permainan dimaksudkan sebagai pekerjaan lahir untuk mendidik batin. Di dalam hidupnya anak-anak, permainan adalah hal yang sangat penting. Bermain adalah pekerjaan utama anak-anak. Oleh sebab itu anak-anak akan mengisi seluruh waktunya untuk bermain.
Undang- undang Nomor 20 thun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang dipelukan dirinya, masarakat, bangsa, dan negara.
Pemerinta juga menempuh berbagai alternatif dan upaya peningkatan kualitas pendidikan. Upaya itu dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas belajar mengajar,mengadakan pelatihan yang mengkhususkan kepada peningkatan penguasaan materi pelajaran maupun peningkatan yang menyangkut strategi belajar mengajar.
Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat melaksanakan fungsinya yaitu mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Keberhasilan mutu pendidikan sangat tergantung pada proses belajar mengajar yang merupakan sinergi dari komponen- komponen pendidikan. Baik kurikulum, tenaga pendidikan dengan pandangan yang sistematika terhadap kegiatan belajar mengajar dan juga didukung dengan upaya mengunakan sumber belajar secara khusus berupa sarana pembelajaran.                                                           
               Namun harus diakui bahwa sampai saat ini sebagian besar pembelajaran pada anak TK masih belum menggunakan metode secara optimal seperti yang diharapkan.
Selain itu mendongen juga membangun perbendaraan kata dan makna yang harus dimulai saat-saat anak pada usia dini. Atau anak-anak pada usia Taman Tanak-Kanak (TK). Kebiasaan ini akan menggeliak rasa haus si anak untuk belajar. Selain itu sianak juga bisa memperkaya khasanah kata-kata baru yang menambah pemahamannya, sekaligus memberi nilai tambah bagi si anak.
Kontak dengan bercerita, membangun kemampuan berfikir yang super. Kemampuan anak akan terus meningkat. Semua anak hanya bisa memperoleh pengalaman dengan jalan kontak dengan teman-temannya sekarang ada dunia baru untuk mengembangkan potensi anak. Disamping itu, mendongeng juga bisa memberikan motivasi kepada anak-anak tertentu yang membutuhkan perhatian khusus.
Kreativitas bercerita anak tidaklah serta merta timbul dengan sendirinya, perlu latihan yang rutin, pnguasaan alur cerita serta tak kala pentingya adalah media, bagaimana anak agar bisa bercerita dengan bagus dan kreatif.  Dengan memahami betapa penting pendidikan bercerita / mendongen bagi anak-anak Kanak-Kanak (TK) atau anak pada tahap usia dini maka penulis terdorong untuk membuat skripsi dalam bentun peneltihan tindakan kelas (PTK) dengan judul ”PENINGKATAN KREATIVITAS BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL BRONDONG LAMONGAN TAHUN PELAJARAN 2011-2012.

B.     Identifikasi Masalah

Agar penelitian ini tidak melenceng dari tujuan awal maka perlu diadalkan identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah, dimana suatu obyek dalam jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah. Dalam Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh peneliti adalah bagaimana penerapan media gambar dalam rangka meningkatkan kreativitas bercerita anak.

C.    Batasan Maslah


Agar dalam penelitian ini terfokus pada bidang garap peneliti dan tidak mengembang yang begitu jauh sehingga menyimpang dari gagasan utama maka dalam penelitian ini peneliti batasi sebagai berikut : bercerita   disini hanya terfokus pada bercerita yang singkat dan sederhana sesuai dengan obyek atau media gambar yang diberikan oleh guru.

D.    Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut diatas maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana kreativitas bercerita anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Brondong sebelum menggunakan media gambar
2.      Bagaimana kreativitas bercerita anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Brondong setelah menggunakan media gambar
3.      Bagaimana peningkatan kreativitas bercerita melalui media gambar pada anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Brondong 

E. Definisi Operasional
1. Media : alat, sarana, wasilah (Kamus Praktis  Bahasa Indonesi, 2000)
2. Gambar : Tiruan barang/obyek (orang,Tanaman,tumbuhan, dsb) yang dibuat dengan media cat, tinta, potret, dsb. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993)
3. Bercerita : Mengekpresikan kembali  cerita-cerita yang telah terjadi dalam waktu yang tidak sama (Kamus Praktis  Bahasa Indonesi, 2000)

3. TK Aisyiyah  adalah sebuah Lembaga Pendidikan Pra Sekolah yang berada dalam naungan organisasi Aisyiyah


E.     Tujuan Penelitian

1.      Untuk mengetahui bagaimana kreativitas bercerita anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Brondong sebelum menggunakan media gambar
2.      Untuk mengetahui bagaimana kreativitas bercerita anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Brondong setelah menggunakan media gambar
3.      Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kreativitas bercerita melalui media gambar pada anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Brondong.

F.     Kegunaan Penelitian

1. Untuk Lembaga : dapat dijadikan masukan bagi kegiatan penelitian dalam merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti berikutnya untuk pengembangan penelitian dibidang yang sama

















BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Keajaiban Bercerita atau Mendongeng
Pengertian Mendongeng: Menceritakan kembali cerita-cerita yang telah terjadi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka)
“Yang Paling Indah pada masa kanak-kanak adalah ( Seolah-olah) semuanya merupakan sebuah keajaiban” (G.K. CHESTERTON)
Bercerita  merupakan batu loncatan penting dalam membentuk seorang jenius. Mendongeng memicu kekuatan berpikir yang super, yang melpaskan per-per imajinasi seorang jenius. menurut ahli psikologi anak, pertumbuhan mental seorang anak berjalan sangat cepat, terutama sampai anak berusia enam tahun, sampai umurnya enam tahun, kecepatan belajar anak bagai kuda yang berlomba dalam pacuan. Setelah melewati usia ini, kecepatan belajar anak akan menurun, dan lebih mendatar.
Sebelum pendidikan si anak dikemas dalam bentuk formal, orang tua, atau kakek dan nenek, biasanya menjadi guru si anak. Dahulu kala, pendidikan, secara tidak langsung, tetapi dengan cara yang sangat bermakna, diterapkan melalui mendongeng. Sekelompok anak-anak akan duduk mengelilingi api unggun, dibawah sebatang pohon, dan seorang dewasa akan menceritakan sesuatu yang sangat memikiat, dan menarik perhatian. Kemudian, tulisan mulai memberikan pengaruh pada literatur lisan tradisional ini.
Mendongeng memiliki elmen penting dan vital bagi kuncup-kuncup jenius. Sampai anak berusia enam tahun, pola otak secara alami menyebabkan anak memiliki rasa ingi tahu untuk menjelajahi semua hal yang ada disekitarnya. Rasa ingi tahu yang seakan tak bisa terpuaskan. Anak akan mempelajari muka anda beraba-raba pipi, mata, hidung, dan mulut Anda dengan jarinya yang mungil. Kemudian dia akan melakukan yang sama pada dirinya.
Karena itu, mendongeng merupakan sebuah keharusan dalam pembentukan seorang jenius. Kekuatan mendongeng tidak boleh diremehkan. Cerita anak biasanya ditulis oleh orang-orang dewasa, yang memahami dunia anak-anak. Cerita –cerita itu memiliki kekuatan yang tidak dapat dilihat, tetapi benar-benar nyata, yang membantu anak membuka dunia yang penuh semangat, keriangan dan kegembiraan.
Memilih bacaan untuk anak di tengah-tengah lautan buku bacaan yang dewasa ini demikian melimpah ruah, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bila dihadapkan dengan buku-buku bacaan hasil terjemahan, entah itu berupa komik, cerita pendek, atau novel.
Dalam upaya menumbuhkembangkan daya intelektual anak lewat bacaan, orang tua mempunyai peran yang cukup penting. Orang tua harus menjadi pembaca pertama buku-buku yang kelak akan dibaca anak.


Ada baiknya orang tua bertindak arif dan bijaksana. Antara lain membelikan anak sejumlah buku bacaan yang sarat dengan muatan lokal. Dongeng-dongeng yang pernah dilisankan oleh orang tua kita menjelang tidur, saat ini sudah banyak yang dibukukan. Entah itu berupa cerita rakyat dari Jawa Barat, seperti Dalem Boncel, atau cerita fabel seperti Si Kancil, dan sebagainya.
Bacaan-bacaan yang sarat dengan pesan keagamaan, juga bisa dijadikan pilihan di luar cerita-cerita yang sepenuhnya hanya berpihak pada persoalan sosial atau kemanusiaan. Untuk menumbuhkan imajinasi di kepala anak, orang tua atau guru perlu memiliki teknik mendongeng yang baik. "Tapi jangan mundur karena kurang menguasai teknik.
Syarat utamanya adalah percaya diri dan komunikatif. Banyak orang tua tidak percaya diri ketika mendongeng, akhirnya pesan dongengnya sulit ditangkap anak. Anak jadi boring, sementara orang tua sendiri terlanjur hopelles untuk meneruskan mendongeng. Mendongeng bisa dimulai dengan mengaktifkan indra yang kita miliki untuk membantu memvisualisasikan cerita. Kemudian untuk menggali cerita bisa mengungkap kejadian sehari-hari, masalah biasa kita temui bukan? Dan untuk memotivasi diri, tanamkan keyakinan bahwa setiap orang biasa menyampaikan segala sesuatu yang ada dipikirannya,



B. Manfaat Bercerita Bagi Anak
Menurut Shakuntala Devi, dalam bukunya “Bangunkan Kejeniusan Anak Anda” ada beberapa manfaat mendongeng bagi anak, diantaranya adalah :
1. Memicu kekuatan berfikir
Semua cerita yang baik, memiliki alur yang baik. Alur cerita anak-anak sebaiknya sederhana, karena karakter atau alur cerita yang terlalu rumit, akan membuat anak bingung. Sebuah dongeng sebaiknya membawa pesan moral berisi harapan, cinta, dan keberhasilan, tanpa mengguruhi. Tujuan utama pendongeng yang baik adalah menceritakan dongeng yang baik. Sebuah cerita harus bisa, secara sederhana tetapi efektif, mendorong rasa ingin tahu. Apa yang terjadi kemudian ? Kemana dia pergi ? Apa yang dilakukan ? Ketika cerita berlanjut, anak akan terbawa oleh arus dan kegairahan cerita. Kemudian, ketika cerita mencapai puncaknya, anak akan gembira. Kemungkinan besar, ia akan meminta Anda menceritakan kembali cerita yang sama, berulang-ulang. Dia sudah tahu, bagaimana ceritaberakhir tetapi itu tidak akan mengurangi minatnya. Segerah saja, anak akan memperbaiki apabila anak melakukan kesalahanya. Dia akan melakukan apa yang terjasi selanjutnya. Anak anda akan tumbuh dan berkembang, bersama dongeng yang didengarkan. Dongeng merangsang dan menggugag kekuatan berfikirnya.
2. Menciptakan Kebangkitan Visual
Apa yang terjadi apabila Anda menonton bioskop? Layar bioskop akan terisi warna-warna dan gerakan-gerakan. Gambaran visual yang jelas dari karakter-karakter yang seolah-olah hidup, secara total berhasil menarik perhatian Anda. Mendongeng mempunyai efek yang sama, dengan perbedaan besar-perbedaan penting, yang merupakan keharusan bagi jenius kecil yang sedang berkembang. Kata-kata kuat yang penuh makna dan kaya arti, memutar bioskop di dalam otak si anak. Dalam mata pikirannya, anak melihat berkelebatnya gambar-gambar yang yang amat jelas. Rurdyard Kippling, penulsi dan penyair Inggris, mampu menciptakan gambaran gaib ini melalui prosa-prosanya yang kaya dan memikat, seperti yang tercermin didalam kalimat : Suara lecutan cambuk sapi, dan geritan roda kereta, suara api yang dinyalakan, dan makanan yang dimasak. Seorang anak bisa segerah membayangkan, suasana yang hidup dan sibuk disebuah perkemahan. Disamping itu, kreativitas anak akan terbangun oleh berbagai kemungkinan visual.

3. Mengaitkan Kata-Kata dengan Gambar
Saat mendongeng, bakat akrobatik suara Anda akan sangat berguna! Bagaimana menirukan suara orang tua yang lemah dan bergetar, auman seekor singa, suara monyet yang gugup dan melengking, …. Pendeknya, Anda berusaha menghidupkan kata-kata yang dipilih si pengarang dengan sangat cermat. Selain kegembiraan dan kesenangan dalam mendengarkan, Anda juga mengasah pendengaran anak terhadap nuansa bunyi-bunyian. Kata-kata bisa jadi sangat mengagumkan apabila diucapkan dengan intonasi, dan ekspresi yang berbeda. Anda bahkan bisa menambah dengan gerakan pantonim sesuai dengan kejadian-kejadian di dalam cerita. Cara ini akan menarik anak, dan menambah elemen kegembiraan ke dalam proses pendidikan bunyi-bunyian memperdalam rasa visual, memberi dimensi tambahan pada bioskop di dalam diri anak.
4. Memupuk Pengertian terhadap Orang Lain
Anda tentunya ingin jenius Anda memiliki banyak pengetahuan yang berguna agar dia bisa memahami orang lain. Itulah manfaat mendongeng. Tokoh-tokoh di dalam bukucerita akan terasa hidup, apabila dibumbuhi kemampuan kemampuan membaca Anda yang mengagumkan. Anak akan bisa membedakan tokoh yang satu dari yang lain, bahkan mengenali ciri dari masing-masing tokoh. Setiap tokoh akan menjadi temannya. Barangkali dia lebih menyukai tokoh yang satu dibanding dengan tokoh yang lain. Tidak ada salahnya. Tetapi, sejak usia muda, anak akan memehami adanya perbedaan sifat. Bagi dia, tokoh-tokoh itu hidup, dan sama nyatanya seperti anda, orang tuanya. Dengan memahami tokoh-tokoh tersebut, anak akan memahami dirinya. Ini merupakan tahap dari proses pertumbuhan. Apabila pikirannya mampu membeda-bedakan, anak Anda akan menerima kenyataan, bahwa menyet yang nakal berbeda dengan singa yang garang. (Bangunkan kejeniusan anak anda : 71 – 78)

B.     Cara Bercerita yang Efektif
Bercerita tidaklah aktivitas dan pekerjaan yang mudah. Tidak semua orang dengan muda bisa bercerita. Sebab dalam bercerita diperlukan kiat-kiat khusus dan formula tertentu. Tetapi tidak hanya orang yang punya bakat mendongen yang bisa mendongen. Sebab sesuatu tidak ada yang tidak mungkin. Semuanya serba mungkin begitu pula Anda juga bisa dengan muda mempraktekkan dongeng kepada anak didik Anda. Ada beberapa kiat atau cara untuk mendongen yang efekti.

1.      Kuasai Alur Cerita.
Sangatlah mustahil seorang guru bisa mendongeng dengan baik dan dengan alur cerita yang berurutan manakala tidak menguasai atau memahami alur cerita. Alur cerita bisa Anda dapatkan atau anda kumpulkan dengan jalan membaca buku cerita yang banyak dan anda bisa hafalkan dan pahami alur cerita.

2.      Cari Waktu yang Tepat
Jika ingin dengan sukses mempraktekkan mendongeng maka harus bisa mencari waktu yang tepat. Dan tempat yang tepat pula, karena tidak dengan muda anak bisa menerima dongeng anda jika waktunya tidak tepat. Hal ini anda bisa mengaitkan kejadian-kejadin yang ada di alam sekitar anda. dan harus tahu kondisi anak saat itu.
3.      Praktek dengan Rutin
Praktek merupakan aplikasi dari teaori yang didapat. Segudang teori didapatkan tetapi tidak diprakttekan maka percumalah teori itu. Maka praktek merupakan 75 persen dari kegiatan.

C.    Tujuh  Langkah Agar Bercerita dapat diterima

Siapa saja bisa bercerita, tidak ada yang tidak bisa. Mulai dari Presiden sampai pengemis. Bahkan, maaf, orang cacat pun terkadang lebih bisa mendongeng dari pada kita yang normal, tinggal bagaimana caranya masing-masing yang sesuai dengan kemampuannya. Tetapi untuk bisa mendongeng dengan baik dan menarik tentunya tidak mudah. Agar kita bisa mendongeng dengan baik dan menarik (menurut cara kak Rico) kiat-kiatnya antara lain adalah :
1. Berdoa.
Jangan lupa kita berdo'a terlebih dahulu sebelum kita mulai mendongeng karena ini paling penting dari yang lainnya. Sesiap apa pun kita mendongeng, sepintar apa pun kita mendongeng, tetap saja kita tidak boleh mengabaikan hal yang satu ini. Dengan berdo'a terlebih dahulu yakinlah bahwa insya Allah kita akan berhasil mendongeng dengan baik. Amin

2. Mempersiapkan Cerita/Dongeng
Siapkan cerita yang akan kita sampaikan, bisa kita karang sendiri atau kita gunakan cerita karya orang lain. Dongeng/cerita disarankan antara lain :
·         Mudah kita kuasai
·         Dapat menghibur dan memikat perhatian anak-anak
·         Dapat mengembangkan imajinasi anak-anak
·         Edukatif/mendidik

3. Memiliki Rasa Malu Terhadap Diri Sendiri
Idealnya dalam bercerita, kita tentunya selalu menyampaikan nasehat-nasehat yang ada dalam cerita kepada anak-anak. Oleh karena itu, sebaiknya kita juga harus punya rasa malu kepada diri sendiri dan anak bila diri kita sendiri tidak seperti apa yang kita nasehatkan kepada anak-anak.
4. Mendalami dan Menghayati Cerita/Dongeng.
Sebelum kita sampaikan, kita harus terlebih dahulu dapat mendalami dan menghayati cerita. Dengan mendalami dan menghayati cerita, kita akan dapat lebih hidup dalam menyampaikan alur-alur cerita dan lebih ekspresif dalam bertutur kata.

5. Gunakan Kata-kata Yang Mudah Dipahami Anak.
Rasanya kita tidak mungkin dalam mendongeng menggunakan kata-kata yang tidak mudah dipahami oleh anak. Misalnya saja kita menggunakan kata 'biografi', 'profesi', 'kompensasi', dan lain sebagainya. Lebih sangat tidak mungkin lagi kita mendongeng di depan anak-anak berkebangsaan lain dengan menggunakan bahasa Indonesia, demikian pula sebaliknya.

6. Gunakan Karakter Suara Yang Sesuai Dengan Tokoh-tokoh Cerita.
Karakter suara pada setiap tokoh tentunya harus berbeda-beda dan sesuai dengan karakter tokoh masing-masing, sebab kalau tidak, kita tidak akan berhasil menyampaikan dongeng dengan baik. Contohnya, untuk memperagakan tokoh Nenek Sihir yang jahat tidak mungkin kita menggunakan karakter suara yang halus dan lemah lembut bak seorang peri yang baik hati.

7. Gunakan Alat Peraga.
Orang lain biasanya akan tertarik sekali kalau kita bercerita menggunakan alat peraga/properti. Alat peraga bisa saja berupa sebuah boneka atau benda-benda lainnya. Tetapi kalau kita tidak punya alat peraga, kita tetap dapat membuat anak-anak tertarik dengan dongeng dengan cara membuat gerakan-gerakan ekspresif, enerjik, dan jenaka.
D. Media Gambar dapat Meningkatkan Kreativitas Bercerita anak  
Cerita atau dongeng mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, terutama anak-anak. Maka dengan dongeng dapat memberikan daya stimulus dan minat belajar anak. (Y. Husnul,2009), meningkatkan daya tarik anak sangat kuat ketika bercerita disajikan dengan gambar.  Maka, bukan mustahil melalui ruang ini penulis menawarkan agar media gambar dijadikan salah satu metode dalam bercerita atau mendongeng
Penulis berani menawarkan demikian, karena menurut konsep dan pengalaman penulis sendiri ketika menjadi tukang cerita , ternyata penyampaian suatu pesan pendidikan melalui sebuah cerita cepat meresap ke daya tangkap pikiran manusia. Apalagi, ketika sebuah cerita dihadapkan ke anak-anak usia sekolah. Kepala mereka sangat cepat berimajinasi mendegar atau melihat gaya seseorang saat bercerita. Oleh karena itu dalam mendongenag agar di sediakan media visual yang dapat membawa anak keaalam fikir dan dalam bayangan riil.
Media gambar sebagai salah satu media pembelajaran
Dalam pengajaran di taman kanak-kanak mempunyai peran penting karena beberapa alasan.
Media pembelajaran membantu guru dalam mengatur proses pengajarannya serta penggunaan waktu di kelas dengan bijak.. Ketersediaan media di suatu kelas akan mempengaruhi pembelajaran siswa dimana penempatan media yang sesuai akan mendukung proses pencapaian pembelajaran itu sendiri.
Diantara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Alat peraga dapat memberi gagasan dan dorongan kepada guru dalam mengajar anak-anakTK.Sehingga tidak tergantung pada gambar dalam buku teks ,tetapi dapat lebih kreatif dalam mengembangkan alat peraga agar para murid menjadi senang belajar. Media gambar menurut Heinrich ( 1981) adalah yang media digunakan untuk membawa pesan dengan suatu tujuan. Jadilah kelebihan alat peraga visual khususnya sebagai salah satu dari media pembelajaran yang efektif

Setelah terjadinya kegiatan pembelajaran dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan media gambar ternyata hasil yang dicapai sangat maksimal. Penguasan dalam menggunakan media gambar  akan meningkatkan kemampuan guru dalam menyampaikan pesan moral kepada anak. Media gambar secara optimal akan mengurangi verbalisme sehingga siswa lebih baik penguasaan materi pembelajaran serta minat belajarnya akan meningkat
E. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar
a. Kelebihan Media Gambar :
1). Sifatnya konkrit dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal.
2). Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu
3). Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita
4).  Memperjelas masalah bidang apa saja
5).  Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan ( Sadiman; 1996: 31 )
b. Adapun kelemahan Media Gambar :
1)      Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa.
2)       Gambar diinterpretasikan secara personal dan subyektif.
3)      Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif dalam pembelajaran (Rahadi, 2003 :27).
              Menurut Sudjana (2001 :12) tentang bagaimana siswa belajar melalui gambar-gambar adalah sebagai berikut :
a.       Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat ditafsirkan berdasarkan pengalaman dimasa lalu, melalui penafsiran kata-kata.
b.      Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat belajar siswa secara efektif.
c.       Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam penafsiran dan mengingat-ingat materi teks yang menyertainya.
d.      Dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau 1 halaman penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas.
e.       Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat para siswa menjadi efektif.
f.       Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan gerakan mata pengamat dan bagian-bagian yang paling penting dari ilustrasi itu harus dipusatkan pada bagian sebelah kiri atas medan gambar.






BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A.    Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian kuantitatif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan dalam dunia pendidikan. Aqip ( 2007 : 21 ) menyebutkan ada 4, yaitu : (1 ) Model Kurt Lewin, ( 2 ) Model Kemmis dan Mc Taggart, ( 3 ) Model John Elliot, dan ( 4 ) Model Dave Ebbut.
  Prosedur kerja Penelitian tindakan ini dilakukan dengan model rancangan daur ulang ( siklus ) seperti yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Adapun dalam penelitian ini dilakukan dalam siklus kegiatan, yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri dari  tahap kegiatan yaitu : ( 1 ) Penyusunan Rencana Tindakan, ( 2 ) Pelaksanaan Tindakan, ( 3 ) Melakukan Pengamatan, dan ( 4 ) melakukan Analisis dan Refleksi ( Kemmis dan Mc Taggart dalam Muhajir, 1996 ).
B.     Tempat dan Waktu Penelitian
a.      Tempat Penelitian
Penelitiahn ini di laksanakan di TK ABA Brondong  sebuah desa berada diwilayah kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.
b. Waktu Penelitian
Penelitihan ini direncanakan mulai tanggal 1 Januari 2012  s/d 30 pebruari 2012. Adapun lebih lengkap penelitian ini kami susun jadwal sebagai berikut :

JADWAL KEGIATAN
BULAN / MINGGU
Januari
Pebruari
Ket.

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

A. Persiapan











- Pengajuan Judul











- Penyusunan Matrik











- Perijinan











B. Pelaksanaan











- penyusunan Instrumen











- Pengambilan data











- Analisa dan pengelolaan Data











C. Pelaporan











- Penyusunan Laporan









 

4 komentar:

Unknown mengatakan...

bab 4 & bab 5 ny gk ada heheh

Sri Sulis Setiawati mengatakan...

alhamdulillah bagus sekali, terima kasih banyak ya

Sri Sulis Setiawati mengatakan...

bisa minta tambahan posting bab iv aja

Edi Prasetyo mengatakan...

artikel yang bermanfaat,...........ayo lebih berkreasi dengan artikel-artikel yang lain

Posting Komentar

Pengikut

© Copyright 2011 PAUD Template design by sarju
Diberdayakan oleh Blogger.